TikTok isinya anak-anak alay! TikTok membuat anak-anak menjadi bodoh! TikTok tidak mendidik!
Berapa kali kalian mendengar ucapan tersebut? Pastinya banyak sekali orang-orang yang tidak suka dengan aplikasi berbagi video ini. Salah satu penyebabnya adalah karena aplikasi ini dipenuhi oleh anak-anak berjoget yang terlihat seperti "orang bodoh".
Tapi apakah benar aplikasi ini hanya berisi anak-anak alay dan bisa membuat orang menjadi bodoh? Berikut pendapat pribadiku tentang aplikasi TikTok dari sudut pandang anak IT.
Sebagai seorang software developer dan tech blogger, aku suka sekali mengamati sepak terjang produk IT mulai dari gadget, software, game, media sosial, dll. Bagiku TikTok adalah "another medsos" sama seperti facebook, twitter, dll.
Sebagai aplikasi medos yang terbilang masih cukup baru, tentu saja pasti ada penolakan pada aplikasi ini dari berbagai pihak. Hal tersebut terjadi hampir disemua medsos.
Sebagai contoh ketika Facebook hadir di Indonesia, generasi X cenderung tidak menyukainya. Mereka bahkan tidak tahu Facebook itu sebenarnya apa. Namun anak-anak milenial yang lebih melek teknologi mengetahui manfaat Facebook dan tetap menggunakannya.
Ketika Twitter pertama kali hadir di Indonesia, sebagian pengguna Facebook tidak menyukainya. "Kenapa hanya dibatasi 140 karakter? Kenapa tidak bisa upload foto? Kenapa harus ada mekanisme follow-unfollow?".
Orang awam yang tidak tahu manfaat suatu produk cenderung tidak menyukai produk tersebut. People hate what they don't understand.
Namun teknologi akan terus berkembang, tidak ada manusia yang bisa membendungnya. Meskipun kalian tidak menyukai teknologi tersebut, namun dia akan tetap ada dan terus berevolusi.
Tapi kan TikTok tidak mendidik? Isinya anak-anak alay..
Well Ini adalah aplikasi hiburan. Jika kalian mencari edukasi, bukan di TikTok tempatnya. Pergilah ke ruang guru, forum belajar, tutorial online, atau baca berita. Mencari edukasi di TikTok sama halnya dengan membeli obat di toko elektronik.
Semua medsos adalah User Generated Page. Mereka hanya menyediakan platform, penggunalah yang membuat konten. Isi dari timeline/feed masing-masing pengguna pasti berbeda-beda tergantung dari akun yang mereka follow.
Bagi seorang content creator, TikTok merupakan sebuah platform untuk berkarya. Sebagai contoh seorang artis dan youtuber terkenal Deddy Corbuzier menaruh cuplikan video podcastnya di TikTok untuk menarik viewer baru.
TikTok sama saja dengan teknologi lainnya, kalian boleh menyukai atau tidak meyukainya. Tapi jika kalian menolak keberadaannya, kalian akan tertinggal.
Benarkah TikTok Hanya Berisi Anak Alay dan Bikin Bodoh?
People hate what they don't understand
Handoyo Saputra | 10 Juli 2020
visibility 5.103
Artikel Lainnya
Artikel Terbaru