Pada hari senin tanggal 30 Oktober 2018 kemarin, driver ojek online yang tergabung dalam Presidium Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) dan Asosi Driver Online (ADO) menggelar demonstrasi di depan kantor Grab Indonesia di Kuningan, Jakarta Selatan
Demonstrasi ini berakhir ricuh dan menyebabkan kaca depan Gedung Lippo Kuningan pecah karena aksi lempar batu. Selain itu pendemo juga melakukan aksi bakar ban di depan Gedung Lippo. Kericuhan ini terjadi karena mereka tidak dapat menemui pimpinan atau menajemen Grab.
Para pendemo memiliki 10 tuntutan yang terdiri dari 3 tuntutan dari Garda dan 7 tuntutan dari ADO. Dilansir dari CNN Indonesia, Berikut tuntutan dari Garda:
- Tarif minimal Rp 3000/KM,
- Perjanjian kemitraan yang adil,
- Menghilangkan pemutusan mitra sepihak atau suspensi tanpa alasan yang jelas.
Sedangkan berikut ini tuntutan dari ADO:
- Tarif dan skema poin yang manusiawi,
- Menghentikan penerimaan mitra pengemudi baru,
- Menghentikan pemotongan pajak yang dianggap ilegal,
- Memberi perlindungan maksimal bagi mitra,
- Menghentikan monopoli dan diskriminasi order prioritas,
- Membuka suspend atau mengaktifkan kembali driver yang telah diputus kemitraannya,
- Membuat bisnis transportasi online lebih adil dan profesional.
Menanggapi tuntutan tersebut, Ridzki Kramadibrata selaku Managing Director Grab Indonesia mengatakan bahwa perusahaan tidak akan menoleransi dan melakukan peninjauan ulang terhadap pemutusan hubungan kemitraan yang telah diberlakukan kepada mitra pengemudi yang terbukti melakukan tindakan kriminal dan melanggar kode etik Grab.
Ridzki juga menyampaikan bahwa sebagian besar driver yang meminta suspendnya dicabut telah mendapatkan amnesti atau pengampunan atas tindak kecurangan serupa sebanyak 2 kali sejak 2017. Namun sayangnya driver tersebut masih melakukan tindak kecurangan yang sama.
Tuntutan para driver tentang penghentian penerimaan mitra pengemudi baru sepertinya terjadi karena jumlah pengemudi Grab saat ini dinilai terlalu banyak. Akibatnya para driver lebih susah dalam persaingan mencari pelanggan.
Namun jika kita melihat dari sisi Grab, semakin banyak mitra pengemudi maka akan mendatangkan semakin banyak keuntungan bagi perusahaan. Dari sisi konsumenpun semakin banyak mitra pengemudi maka akan membuat pemesanan ojek lebih cepat. Jadi kecil kemungkinan tuntutan para pendemo ini akan dikabulkan oleh Grab.