Rilis Tahun Ini, GPT-5 Digadang-gadang Mampu Bawa Perubahan Besar pada Dunia

Peningkatan GPT-4 yang Katanya Sanggup Mencapai AGI dan Memicu Kontroversi

Dedy Reinaldy | 1 April 2023

Artificial Intelligence

Sebuah klaim dari pengusaha dan pengembang teknologi, Siqi Chen, baru-baru ini menarik perhatian banyak pihak di dunia. Dalam cuitannya di platform Twitter, Chen mengungkap bahwa GPT-5 dijadwalkan untuk menyelesaikan pelatihan dan kemungkinan besar akan mampu mencapai Artificial General Intelligence (AGI) di akhir tahun.

Pernyataan semacam itu tentu saja menjadi kejutan yang cukup besar karena kita tahu GPT-4 belum lama dirilis pada 14 Maret 2023.

Mungkin terdengar sebagai progres yang lumayan pesat, tapi perlu diketahui OpenAi secara resmi telah mempersiapkan model GPT-4.5 untuk diperkenalkan pada September atau Oktober 2023 sebagai next level dari GPT-4.

Dan jika prediksi tentang kemampuan GPT-5 itu benar, AI nantinya bakal sulit dibedakan dengan manusia karena telah menyentuh Artificial General Intelligence (AGI). 

Bayangkan, AI saja sudah disebut mesin yang dapat melakukan setiap pekerjaan secara spesifik, AGI adalah tingkatan yang lebih tinggi lagi dan tidak terbatas pada tugas atau fungsi tertentu.

AGI memiliki kecakapan dalam menyelesaikan beragam masalah berkat kemampuannya untuk belajar. Bukankah rasanya sangat memukau sekaligus mengerikan? Kita tidak dapat memahami apa saja yang mampu dilakukan oleh progresivitas teknologi GPT-5.

Setelah mencapai AGI, kecerdasan buatan sanggup memahami konsep dan tugas dengan perinci. Hal tersebut akan memberinya daya untuk bernalar, hingga mengobrol dengan ChatGPT setelah kesuksesan GPT-5 mungkin bisa mirip seperti berbicara ke sesama manusia.

Pada sisi positifnya, kemajuan ini dapat meningkatkan produktivitas yang diaktifkan oleh AI secara besar-besaran, mempercepat proses bagi manusia, dan menghilangkan pekerjaan yang monoton.

Chatbot akan mendukung berbagai metode input serta mengeluarkan hasil yang makin cepat dan akurat. GPT-5 jelas sanggup membantu tugas-tugas yang kompleks, seperti menulis kode yang lebih baik daripada pendahulunya.

Namun di sisi lain, memberikan AI kekuatan sebesar itu juga mampu melahirkan konsekuensi yang tidak diinginkan. Bukan berarti kiamat robot seperti film The Terminator, tapi AGI yang gagal terkontrol, bisa menyebabkan penyebaran bot di saluran media sosial seperti Twitter. Pastinya masalah ini memunculkan disinformasi dan propaganda berbahaya yang semakin sulit dideteksi. 

elon musk

Dikutip dari wired (31/03/23), Elon Musk selaku CEO Twitter pun mau tak mau harus mengambil langkah baru demi menyampaikan kekhawatirannya terkait perkembangan AI.

Bersama Yoshua Bengio, profesor di University of Montreal yang dianggap sebagai pelopor AI modern, sejarawan Yuval Noah Harari, dan Jaan Tallinn, salah satu pendiri Skype, Musk menandatangani surat terbuka pada Rabu 29 Maret 2023.  

"Kami menyerukan kepada semua laboratorium AI agar segera menghentikan sementara setidaknya selama enam bulan pelatihan sistem AI yang lebih kuat dari GPT-4. Jeda ini harus terbuka untuk umum dan dapat diverifikasi, serta melibatkan semua pihak yang bertanggung jawab," kata isi surat tersebut.

"Jika jeda seperti itu tidak dapat diberlakukan dengan cepat, pemerintah harus turun tangan dan melakukan moratorium."

Sumber: digitaltrends.com, interestingengineering.com, bgr.com, wired.com 

TagsArtificial Intelegence
visibility 513

Artikel Lainnya

Artikel Terbaru