Meskipun menjadi platform pesan instant terbesar didunia dengan pengguna aktif bulanan mencapai 1,5 miliar pengguna, namun sampai saat ini WhatsApp masih belum mendapat profit. Hal tersebut dikarenakan pendiri WhatsApp menolak untuk memberi iklan di platformnya.
Pada tahun 2016 silam WhatsApp sempat mencoba memonetisasi layanannya dengan menarik biaya langganan US$1 atau sekitar Rp 15.000 pertahun kepada para penggunanya. Namun hal tersebut tidak berjalan lama dan WhatsApp kembali dapat digunakan dengan gratis sampai saat ini.
Setelah diakuisisi oleh Facebook seharga US$19 miliar pada 2014, nampaknya ideologi pendiri WhatsApp untuk tidak memberi iklan di layanannya tidak sejalan dengan keinginan CEO Facebook Mark Zuckerberg.
Hal tersebut diduga menjadi alasan hengkangnya 2 pendiri WhatsApp pada tahun 2017 lalu. Semenjak diakuisisi oleh Facebook, terdapat beberapa laporan yang mengatakan bahwa terjadi ketidakcocokan antara visi pendiri WhatsApp dengan proses bisnis Facebook.
Dilansir dari Trusted News, Vice President WhatsApp, Chris Daniels mengumumkan bahwa WhatsApp akan menempatkan iklan pada Status. Fitur Status pada WhatsApp sejatinya merupakan tiruan dari fitur Story di Snapchat.
Belum ada informasi kapan iklan di Status ini mulai digulirkan ke pengguna, namun beberapa laporan mengatakan bahwa fitur ini akan hadir pada 2019. Skema iklan ini sepertinya akan mirip dengan iklan di Instagram Stories. Pengguna akan disuguhi iklan saat menggulirkan Stories.
Selain monetisasi melalui iklan, WhatsApp juga dikabarkan mulai masuk ke area bisnis dengan menawarkan layanan WhatsApp Business. Layanan tersebut memungkinkan pelaku bisnis untuk dapat menghubungi pengguna WhatsApp melalui pesan teks dengan membayar sejumlah uang.